Beliauadalah Putra dari KH. Ahmad Tamyiz dan Ny. Romlah. Ibunya adalah cucu dari Mbah Kholil Bin Abdullathif Bangkalan. jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk Kota Bangkalan. Ra Lilur juga bisa dibilang sebuah 'Bukti' nyata dari Ilmu Ladunni. Beliau tak pernah mondok, ada yang bilang pernah nyantri di Sebuah Pesantren selama 3 bulan tapi
lihatjuga. perbedaan pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penyakit dbd sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan di dusun pesisir desa junganyar bangkalan oleh: bahriansyah, moh. adam terbitan: (2019) ; perbedaan intensitas nyeri pada dismenorea sebelum dan sesudah diberikan massage couter pressure di sma ykhs sepulu bangkalan oleh: handayani, risni terbitan: (2019)
BANGKALAN Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar takziah atas wafatnya Waliyullah KH. Kholilurrahman Minggu (22/04/18) kemarin. Ia takziah di kediaman Ra Bir Ali yang merupakan putra Ra Lilur di Jl. Syaikhona Kholil 3, Demangan Barat, Bangkalan.
Padahalsebelumnya, Ra Lilur tidak pernah datang ke tuan rumah. "Pada hari saat haul di Jakarta itu, Ra Lilur sebetulnya ada di ndalem-nya, Desa Banjar Galis, Bangkalan," cerita Husni. Begitulah, karomah waliAllah. redaksi. Bisa Pecah Raga di Tempat Berbeda Pada Waktu Yang Sama Karomah Ra Lilur Sosok & Tokoh Tasawuf Waliyullah Madura.
Beliaumerupakan putra dari KH Ahmad Tamyiz dan Nyai Romlah. Dimana, Ibunya merupakan cucu dari Mbah Kholil Bin Abdul Lathif Bangkalan. Pada saat itu hari kamis Wage pertengahan tahun 2014, tepatnya sekitar jam 13:00 wib, team ke kediaman Ra Lilur di Desa Banjar, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura yang cukup
BANGKALAN Suasana tahlil pada malam kedua di rumah duka Jl KH Moh Kholil gg III Bangkalan menjadi bukti nyata betapa Ra Lilur memang dicintai banyak orang. Jamaah tahlil mencapai ribuan itu datang dari berbagai kota.
MeninggalnyaKiai Kholilurrahman 'Ra Lilur' di kompleks pesantren Syaichona Kholil, Bangkalan, menyedot perhatian banyak masyarakat. Pasalnya, Almarhum dikenal sebagai Kiai karismatik asal Desa Banjar Bangkalan ini juga cicit dari Syaikhona Kholil. Ribuan umat takziah untuk mengantarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya.
matamaduranewscom-BANGKALAN-Ra Lilur dan Ra Fuad sama-sama cicit Syechona Kholil, Bangkalan. Keduanya berbeda jalan. Tapi satu tujuan. Lewati ke konten. 28/07/2022. Redaksi; Nyai Romlah memiliki putra, salah satunya, Ra Lilur. Kiai Amin memiliki putra, Ra Fuad. KH Kholilur Rohman atau Ra Lilur. Ra Lilur menjalani kehidupan Sufisme. Memilih
InnalillahiWa Inna Ilaihi Roji'unTelah Pulang Ke RahmatullahiKH. KholilurrahmanCicit Syaikhonan KholilBangkalan MaduraSemoga Amal Ibadah di terima di Sisi A
Kiaikarismatik asal Desa Banjar, Bangkalan yang merupakan putra dari KH.Ahmad Tamyiz dan Ny.Romlah. Sementara itu, Saifullah Tusuf (Gus Ipul) takziah ke rumah duka Ra Lilur, Rabu (11/4/18). Gus Ipul tiba di kompleks pesantren Syaichona Kholil sekitar pukul 08.00 WIB dan langsung menuju tempat disemayamkannya jenazah.
ajSRN. Berita ra lilur meninggal dunia Oleh Ismael Amin Kholil - Telah wafat cicit Syaikhona Kholil Bangkalan, Pamanda kami Kiai Kholilurrahman atau yang lebih dikenal dengan 'Ra Lilur' tadi malam di kediamannya di Desa Banjar, Bangkalan. Jenazah akan disholatkan di ponpes Syaichona Cholil pada hari ini jam 12 siang. Dan insyaAllah akan dimakamkan di komplek pemakaman Syaikhona Kholil Martajasah Bangkalan. Ra Lilur yang kami ketahui adalah putra dari KH. Ahmad Tamyiz dan Ny. Romlah. Ibunya adalah cucu dari Mbah Kholil Bin Abdullathif Bangkalan. Dari kecil beliau terkenal sebagai sosok 'jadzab' yang sering melakukan hal-hal yang tak dapat dicerna pikiran manusia biasa. Puluhan tahun yang lalu beliau bahkan sempat membuat kehebohan karena membakar Ponpes Syaikhona Kholil Demangan yang diasuh oleh kakaknya, KH. Abdullah Schall. Konon itu adalah isyarat bahwa kelak Ponpes syaikhona Kholil akan maju pesat dan memiliki bagunan tinggi megah setinggi asap api yang 'mumbul' di waktu itu. Sebuah isyarat yang memang akhirnya menjadi kenyataan. Beliau juga dikenal sebagai pengamal tirakat tingkat tinggi. Seringkali beliau berkhalwat di tempat-tempat yang jauh dari hiruk-pikuk duniawi. Uniknya beliau juga seringkali 'bertapa' di tengah lautan, sampai-sampai pernah ada seorang nelayan merasa jaringnya telah menangkap mangsa yang besar. Udah kadung seneng eh ternyata ia kaget bukan main karena yang ia 'tangkap' adalah Ra Lilur. Kegemaran ber-uzlah inilah yang membuat beliau lebih memilih tinggal di pelosok Banjar, jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk Kota Bangkalan. Ra Lilur juga bisa dibilang sebuah 'Bukti' nyata dari Ilmu Ladunni. Beliau tak pernah mondok, ada yang bilang pernah nyantri di Sebuah Pesantren selama tiga bulan tapi tidak pernah ngaji. Kerjaannya cuma mancing. Meski begitu, beliau dikenal sebagai sosok 'Alim' yang mumpuni dengan kemampuan Bahasa Arab yang sangat fasih. Zuhud dan sederhana, itulah dua sifat yang bisa dibaca jelas dari kepribadian dan keseharian beliau. Baju singlet putih, celana hitam setinggi lutut, dan sebuah senter kecil yang ia bawa kemana-mana. Dengan pakaian ala 'petani' ini, sekilas tak akan ada yang menyangka bahwa beliau adalah seorang ulama besar keturunan seorang wali besar. Beliau memang telah menjadikan kezuhudan sebagai pondasi utama dalam kehidupannya. Beliau bahkan pernah mengeluhkan pada seorang tamunya akan fenomena banyaknya ulama zaman now yang telah silau oleh 'kerlap-kerlip' duniawi. Dengan bahasa Arab ia berkata kepada tamunya itu "Jika ulama sudah mencintai dunia dan lupa akan kedudukannya.. Itu berat.. Berat.. Dampaknya mereka akan terpecah belah.. Ya Allah selamatkanlah mereka," ujar Ra Lilur sambil menangis sesenggukan. Demi menyampaikan pesannya itu beliau bahkan pernah hadir dalam acara hajatan seorang konglomerat Madura, acara yang dihadiri oleh puluhan kiai dan ulama. Tak ada angin tidak ada hujan, beliau tiba-tiba datang dan langsung menuju panggung acara. Dengan bahasa Arab yang fasih, beliau mulai menyampaikan pesan-pesan dan "keluh kesah"-nya akan kiai-kiai zaman sekarang yang sudah mulai terlena oleh gemerlap dunia. Dan waktu itu tampaklah pemandangan keren. Seorang lelaki sepuh berpakaian petani sedang menceramahi puluhan alim ulama di bawahnya yang seakan terpana melihat apa yang sedang terjadi di hadapan mereka. Ra Lilur Wali Jadzab Di lain kesempatan, dalam sebuah acara besar di Ponpes Syaichona Cholil beliau sekali lagi datang tiba-tiba. Sepertinya memang ada 'pesan' penting yang ingin beliau sampaikan waktu itu. Beliau naik ke panggung acara dan memulai kalamnya dengan sebuah 'ayat' yang mengingatkan bahwa kita yang ada di dunia ini akan kembali ke Hadhirat Ilahi. Tak kan ada yang hidup kekal abadi. أفحسبتم أنما خلقناكم عبثا و أنكم إلينا لا ترجعون Artinya "Apakah Kalian mengira bahwa Aku Allah menciptakan kalian secara sia-sia dan kalian tak kan pernah kembali kepada-Ku?" Beliau lantas melantunkan syair-syair cinta yang -sepertinya- sampai sekarang hanya beliau yang mengetahui makna 'rahasia' di balik bait-bait Syair itu Apakah salah dosaku Kau pergi tinggalkan daku Dulu cintamu padaku Kini kau abaikan aku Apakah salah dosaku Kini kau tinggalkan daku Dulu kasih mesra kita Kala cintamu nan murni Kini ku dalam merindu Apakah salah dosaku Kini kau tinggalkan aku Beginilah akhir cinta Cintamu palsu belaka Ku terkapar dalam rindu.. Kita hanya bisa menerka bahwa itu adalah ungkapan cinta dan kerinduan beliau kepada Sang Ilahi. Yang demi keridhoan-Nya selama ini beliau rela mencampakkan semua bentuk rayuan dan godaan dunia. Dan tadi malam beliau pergi, menjemput cinta dan rindu yang sudah lama ia pendam itu. Terbebaskan dari semua kepalsuan dunia yang selama ini telah ia singkirkan dari hati dan pikirannya. Baca Innalillah, Malam Ini KH Khalilur Rahman Ra Lilur Wafat Seseorang pernah bermimpi melihat Malik Bin Dinar. Sosok Waliyullah besar di zamannya. Ia melihat Malik keluar dari penjara dan terlihat sangat bahagia. "Hore Aku bebas.. Aku merdeka.. " ucap Malik di mimpinya itu. Keesokan harinya tersebarlah kabar seantero kota bahwa Malik Bin Dinar baru saja meninggal. Selamat Jalan Syaikhona. Engkau yang selama ini selalu mengingatkan kami akan ke-fana-an dunia. Yang selalu berusaha menarik kami untuk merasakan indahnya kezuhudan yang selama ini kau rasakan. Selamat menikmati perjalanan indahmu, menjemput pertemuan dengan Allah dan Rasul-Nya yang selama ini engkau rindu. Semoga kami masih bisa mengamalkan pesan-pesan luhurmu. Kami yang masih tertinggal disini, tertatih-tatih oleh godaan duniawi dan hawa nafsu. [ Tarim, 25 Rajab, 1439 H.
Bangkalan, NU OnlineKiai Kholilurrahman atau yang lebih dikenal dengan 'Ra Lilur' tadi malam wafat di kediamannya di Desa Banjar, Kabupaten Bangkalan. Jenazah akan disholatkan di Pesantren Syaikhona Kholil Rabu 11/4 siang ini. Selanjutnya dimakamkan di kompleks pemakaman Syaikhona Kholil Martajasah Bangkalan. "Beliau adalah putra dari KH Ahmad Tamyiz dan Ny Romlah. Ibunya adalah cucu dari Mbah Kholil Bin Abdul Lathif Bangkalan. Dari kecil beliau terkenal sebagai sosok 'jadzab' yang sering melakukan hal-hal yang tak dapat dicerna pikiran manusia biasa," ungkap salah seorang keponakan Ra Lilur, Ismael Amin tahun yang lalu, tambahnya, bahkan beliau sempat membuat kehebohan karena membakar Pesantren Syaikhona Kholil Demangan yang diasuh oleh kakaknya, KH Abdullah Schall. Konon itu adalah isyarat bahwa kelak Pesantren Syaikhona Kholil akan maju pesat dan memiliki bangunan tinggi megah setinggi asap api yang 'mumbul' di waktu itu. Sebuah isyarat yang memang akhirnya menjadi kenyataan. "Beliau juga dikenal sebagai pengamal tirakat tingkat tinggi. Seringkali beliau berkhalwat di tempat-tempat yang jauh dari hiruk-pikuk duniawi. Uniknya beliau juga seringkali 'bertapa' di tengah lautan, sampai-sampai pernah ada seorang nelayan merasa jaringnya telah menangkap mangsa yang besar. "Udah kadung seneng eh ternyata ia kaget bukan main karena yang ia 'tangkap' adalah Ra Lilur," urai ber-uzlah inilah yang membuat beliau lebih memilih tinggal di pelosok Banjar, jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk Kota Lilur juga bisa dibilang sebuah 'bukti' nyata dari Ilmu Ladunni. Beliau tak pernah mondok, ada yang bilang pernah nyantri di sebuah pesantren selama 3 bulan tapi gak pernah ngaji, kerjaannya cuma mancing. Meski begitu beliau dikenal sebagai sosok 'alim' yang mumpuni dengan kemampuan Bahasa Arab yang sangat fasih."Zuhud dan sederhana, 2 sifat yang bisa dibaca jelas dari kepribadian dan keseharian beliau. Baju singlet putih, celana hitam setinggi lutut, dan sebuah senter kecil yang ia bawa kemana-mana. Dengan pakaian ala 'petani' ini sekilas tak akan ada yang menyangka bahwa beliau adalah seorang ulama besar keturunan seorang wali besar," beliau memang telah menjadikan kezuhudan sebagai pondasi utama dalam kehidupannya. Beliau bahkan pernah mengeluhkan pada seorang tamunya akan fenomena banyaknya ulama zaman now yang telah silau oleh 'kerlap-kerlip' duniawi dengan bahasa Arab ia berkata kepada tamunya itu. "Jika ulama sudah mencintai dunia dan lupa akan kedudukannya.. itu berat.. berat.. dampaknya mereka akan terpecah belah.. Ya Allah selamatkanlah mereka," ujar Ra Lilur sambil menangis menyampaikan pesannya itu, tambah Amien, beliau bahkan pernah hadir dalam acara hajatan seorang konglomerat Madura, acara yang dihadiri oleh puluhan kiai dan ulama. Tidak ada angin tidak ada hujan beliau tiba-tiba datang dan langsung menuju panggung acara. "Dengan bahasa Arab yang fasih beliau mulai menyampaikan pesan-pesan dan keluh kesahnya akan kiai-kiai zaman sekarang yang sudah mulai terlena oleh gemerlap dunia. Dan waktu itu tampaklah pemandangan keren, seorang lelaki sepuh berpakaian petani sedang menceramahi puluhan alim ulama di bawahnya yang seakan terpana melihat apa yang sedang terjadi di hadapan mereka," lain kesempatan, dalam sebuah acara besar di Pesantren Syaikhona Kholil beliau sekali lagi datang tiba-tiba. Sepertinya memang ada 'pesan' penting yang ingin beliau sampaikan waktu itu. Beliau naik ke panggung acara dan memulai kalamnya dengan sebuah 'ayat' yang mengingatkan bahwa kita yang ada di dunia ini akan kembali ke hadhirat Ilahi.. tak kan ada yang hidup kekal abadi.. أفحسبتم أنما خلقناكم عبثا و أنكم إلينا لا ترجعون" Apakah Kalian mengira bahwa Aku Allah menciptakan kalian secara sia-sia dan kalian tak kan pernah kembali kepada-Ku? " Beliau lantas melantunkan Syair-syair cinta yang -sepertinya- sampai sekarang hanya beliau yang mengetahui makna 'rahasia' di balik bait-bait Syair itu Apakah salah dosakuKau pergi tinggalkan dakuDulu cintamu padakuKini kau abaikan akuApakah salah dosakuKini kau tinggalkan dakuDulu kasih mesra kitaKala cintamu nan murniKini ku dalam merinduApakah salah dosakuKini kau tinggalkan akuBeginilah akhir cintaCintamu palsu belakaKu terkapar dalam rindu..Kita hanya bisa menerka bahwa itu adalah ungkapan cinta dan kerinduan beliau kepada Sang Ilahi. Yang demi Keridlaan-Nya selama ini beliau rela mencampakkan semua bentuk rayuan dan godaan dunia. Dan tadi malam beliau pergi, menjemput cinta dan rindu yang sudah lama ia pendam itu. Terbebaskan dari semua kepalsuan dunia yang selama ini telah ia singkirkan dari hati dan fikirannya."Selamat Jalan Syaikhona... Engkau yang selama ini selalu mengingatkan kami akan ke-Fana-an dunia. Yang selalu berusaha menarik kami untuk merasakan indahnya kezuhudan yang selama ini kau rasakan.""Selamat menikmati perjalanan indahmu, menjemput pertemuan dengan Allah dan Rasul-Nya yang selama ini engkau rindu. Semoga kami masih bisa mengamalkan pesan-pesan luhurmu. Kami yang masih tertinggal disini, tertatih-tatih oleh godaan duniawi dan hawa nafsu. Allah Yarhamak Ya Syaikhona.. Wa Yuqoddis Sirrak," ujar Ismael Amin Kholil. Hairul Anam/Muiz
Quartiers • Monuments et sites remarquables • Bâtiments architecturauxCe qu'en disent les voyageursCircuits et expériencesParcourez différents moyens de découvrir cet les meilleures façons d'en profiter La régionLe meilleur dans les environs52 dans un rayon de 10 kmRemfreParis, France522 contributionsaoût 2022Même s'il s'agit d'un village proposé à la visite touristique, il est bel et bien habité et il offre le meilleur aperçu des habitations traditionnelles balinaises telles qu'on les voit un peu beau et agréable, enfin une expérience de visite qui ne soit pas une déception.....Écrit le 5 novembre 2022Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de Belgique1 007 contributionsjuin 2022 • En coupleBon c'est vrai, le village est joli. Ce qui gâche c'est que toute les habitation vous invite à entrer chez eux ... pour vous vendre à manger ou des babioles pour touristes alors à la fin ...Écrit le 14 juin 2022Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de 2019 • En coupleCe village devait être beau avant, malheureusement avec le tourisme chaque maison est devenue un petit commerce. Personnellement, je trouve choquant qu’on entre chez les le 8 octobre 2019Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de 2019Joli village traditionnel mais sans plus. À faire si vous êtes dans le coin mais pas indispensable. Le village est magnifique mais toutes les maisons sont transformées en boutique pour les touristes ... 30000 IDR l’entrée. Écrit le 13 septembre 2019Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de 2019 • En familleQuitter la côte et aller visiter ce village, c'est retrouver la sérénité balinaise. Certes les maisons sont transformées en boutiques de souvenirs mais pas de racolage, on n'est pas obligés de prendre quelque chose. Des familles qui laissent entrer chez eux, qui, pour ma part, m'ont offert un café et avec lesquelles j'ai passé un agréable moment. A visiter si on veut retrouver un peu de calme puisque cet endroit n'est pas envahi de le 4 août 2019Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de France175 contributionsnov. 2018 • En coupleLe site est joli mais toutes les maisons sont transformées en boutiques de souvenirs qui vendent toutes les mêmes. Les cars de touristes déboulent en masse. Pas indispensable à le 15 novembre 2018Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de 2017Charmant petit village. Dommage qu'ils en ont fait une sorte de Disneyland à la sauce Balinaise presque authentique. Mais à voir quand même si c'est sur votre cheminÉcrit le 27 août 2018Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de 2018 • Voyage d'affairesSe promener à Penglipuran’ village traditionnel pour boire les maisons en bambous’ et la forêt de bambous. Belle composition’ l’entrée parking payantes. La plupart des visiteurs sont touristes domestiques surtout dans la période de congé le 21 août 2018Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de Creusot, France186 contributionsjuill. 2018 • En familleSite historique très bien conservé Le prix d entré pour 2 adultes et 1 enfant est inférieur à vaut le coup de passer 1h, avec un guide qui vous explique l histoire de cette ville à l pouvez entrer dans les maisons pour voir comment ils reste 4 sites comme celui là sur l essaye de vendre des babiole made in china au touristes, ca casse un peu le côté le 16 juillet 2018Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de Belgique1 007 contributionsjuin 2018 • En coupleBon c'est vrai, le village est joli. Ce qui gâche c'est que toute les habitation voys invité à entrer chez eux ... pour voys vendre à manger ou des babioles pour touristes alors à la fin ...Écrit le 1 juin 2018Cet avis est l'opinion subjective d'un membre de Tripadvisor et non l'avis de Tripadvisor LLC. Les avis sont soumis à des vérifications de la part de affichés 1-10 sur 55